Sabtu, 14 Maret 2009

Fajrul Rahman "Republik Kaum Muda Kedua "


by_nashruddin qawiyurrijal

Fajrul Rahman. Siapa yang tak mengenal. Sosok yang belakangan ini wajahnya selalu mengisi media-media dalam negeri baik elektronik maupun cetak. Ya, Fajrul Rahman lah salah seorang (tokoh, kalau ia dapat dikatakan seorang tokoh, atau aktivis kalau ia seorang aktivis) yang mempelopori term Calon Presiden Independen 2009, sesuatu yang ia perjuangkan bersama kawan-kawan Calon Presiden Independen lainnya (Rizal Ramli, Marwah Daud Ibrahim, Ratna Sarumpaet, Yusril Izha Mahendra dan sederet nama lain yang juga punya nafsu menjadi RI 1). Namun sayang Mahkamah Konstitusi sebagai penentu kebijakan yang hubungannya dengan perundang-undangan menolak pengajuan Calon Presiden Independen tersebut karena dianggap tidak berdasar pada Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal yang kurang lebih berbunyi " Presiden dan Wakil Presiden berasal dari Partai Politik peserta pemilu...".

Senin, 12 Maret 2009, sekitar pukul 18.35 WIB telepon selular ku berdering. Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Rahmadhani Al-Barauwi, mengirim message yang isinya adalah mengajak ngopi bareng Fajrul Rahman di Cafe Corner University Inn UMM.

Fajrul Rahman, sang calon presiden, pagi harinya menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional "Pemilu 2009 dalam Menantang Demokrasi" yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik UMM. Dalam acara itu Fajrul diduetkan dengan Akbar Tanjung yang juga sebagai pembicara.

Fajrul Rahman menyempatkan dirinya merasakan semalam dibalut angin dingin kota Malang sedangkan Akbar Tanjung, setelah acara seminar itu selesai langsung bertolak ke Jakarta.

Oleh karena, tidak sempat berpartisipasi dalam seminar pagi harinya, pikirku inilah momen yang tepat untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan Bung Fajrul (aku lebih nyaman menyapanya Bung, dan tampaknya ia pun begitu). Tepat pukul 22.00, sesuai dengan undangan Presma, aku bersama kawan-kawan lain dari beberapa organ mahasiswa melangkahkan kaki ke areal University Inn.

" Tahun 2014 adalah masanya pemuda untuk memimpin.
Tahun 2014 adalah
Republik Kaum Muda Kedua setelah masa Bung Karno"

Setidaknya dua kalimat itulah yang menjadi inti dari pertemuan nonformil yang berlangsung lebih dari 3 jam tersebut. Bung Fajrul Rahman menegaskan bahwa meskipun di tahun 2009 ini ia gagal meng-goal-kan dirinya sebagai capres independen tetapi di 2014 merupakan masa yang tepat untuk mewujudkan cita-cita itu.

Sungguh luhur memang cita-cita untuk menyejahterakan rakyat Indonesia, dan Bung Fajrul meyakini bahwa kesejahteraan rakyat akan tercapai apabila dipimpin oleh kaum muda. Lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif diisi sepenuhnya oleh pemuda-pemudi Indonesia, begitulah angan Bung Fajrul.

Tak ada yang menyangkal cita-cita luhur nan mulya tersebut dalam forum itu. Diskusi lebih mengalir pada tataran taktik & stategi seorang Fajrul Rahman memenangi Pilpres 2014, pun juga pada ranah apa yang seharusnya dilakukan pemuda mahasiswa saat ini guna menyongsong Republik Kaum Muda-nya Bung Fajrul.

Karena negara kita adalah negara demokratis dimana ruang-ruang publik terbuka lebar, tentunya aku pun sebagai seorang putera bangsa boleh berpendapat tentang Republik Kaum Muda itu. Jika Bung Fajrul lebih menitik beratkan pendikotomian pada fase 'Tua' dan 'Muda', maka menurut ku adalah tak masalah negara besar ini dipimpin oleh seorang tua ataupun muda, tak masalah ia sudah uzur ataupun belia, yang terpenting bagiku adalah komitmen untuk memajukan bangsa ini. Kalau yang dijadikan pemimpin adalah kaum muda yang toh juga jahat sejahat kaum tua, maka apa bedanya??. Percuma kita mendengang-dengungkan pemimpin muda jika pemuda negeri ini juga telah terjangkiti virus-virus laten seperti apa yang menjangkiti senior-senior mereka di kalangan tua. Sekali lagi, bukan "tua-muda" lah yang harus mejadi dikotomi tetapi komitmen 'tunduk' atau kah 'melawan' imperialisme.

Negara kita -Indonesia- saat ini adalah negara yang terlalu menuhankan kekuatan Asing. Negara kita terlalu bodoh untuk terus menghamba pada kekuatan modal. Negara kita sepertinya takut lepas dari cengkraman penjajahan model baru (imperialisme) yang akan terus berekspansi menghisap negara-negara dunia ketiga semata-mata untuk kepentingan negara mereka. Asset-asset negara dilelang, pendidikan diprivatisasi, buruh di-outsourcing, utang negara ditumpuk, dan sederet kamuflase-kamuflase kebijakan rezim kita saat ini, BHP,SKB 4 Menteri, UU Penanaman Modal Asing, UU Minerba, Kontrak Karya Freeport, dan masih banyak lagi policy yang lebih memperkaya negara imperialis ketimbang negeri sendiri.

Selagi kuku-kuku imperialis masih menancap kuat di negeri ini, selagi pemimpin-pemimpin, TUA ataupun MUDA masih saja menjadi budak kepentingan imperialisme, maka selama itu pulalah negeri ini akan selalu seperti ini, amburadul tak karuan.

Republik Kaum Muda 2014 versi Fajrul Rahman hanyalah akan menjadi utopi semata selama pemuda-pemudi negeri kita masih mengantongi warisan Bapak Tuanya.

Republik Indonesia BERDIKARI
bukan Republik Kaum Muda tapi BUDAK..

(diskusi dan ngopi bareng Bung Fajrul Rahman
di Cafe Corner University Inn UMM, 12 Maret 2009, 22.00-01.00 WIB)



Rabu, 11 Maret 2009

Nashruddin Qawiyurrijal 'Untuk Perempuan-Perempuan Indonesia'


Perempuan,,

Dia pencipta hawa nan gemuruh di hidup

Dia pencipta sgala setelah Tuhan kita

Dia.. Perempuan-perempuan

Sosok itu menancap kuat di bebayang cerah metafor

Mengawang mesra di gugusan bintang

Dia cantik..indah..

Imaji bergeliat bersama gugusan bintang menembus mega-mega

Mengumbar kaki langit berhias permadani pelangi

Menghantam batin, sungguh..

Perempuan..

Kau indah,,cantik,,elok,,

Semua puji adalah milikmu

Tentu setelah puji Tuhan kita

Perempuan-perempuan negeriku

Nan lama kau tergolek di pojok sana

Esok..bangkitlah..

Bangkitlah perempuan-perempuan negeriku

Kau maha segala..

Tentu setelah maha Tuhan kita..

Kau mentari..perempuan-perempuan negeriku

Bangkit..tujulah mege-mega itu..

Gugusan bintang menantimu..

Perempuan-perempuan negeriku..

Senin, 09 Maret 2009

iKL@N & mAsyARakat keciL kitA'


by_nashruddin qawiyurrijal'

iklan adalah magis karena mampu menyihir konsumen untuk menkomsumsi suatu komoditas
(Martadi "jurnal deskomvis")

Tak dapat dipungkiri bahwa di era informasi ini, media memegang peranan penting sebagai trendsetter (penentu tren) kehidupan yang turut menentukan iklim kehidupan umat manusia, turut mendukung eksistensi sebuah peradaban, serta turut berpartisipasi pembentukan kepribadian sebuah bangsa.

Dalam sebuah negara demokrasi, seperti Indonesia media/pers merupakan pilar keempat demokrasi setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang disebut oleh Montesqieu sebagai trias politika. Melalui media, masyarakat kemudian dapat memantau, mangamati, dan mengontrol kinerja pemerintahan. Melalui media sebagai penyampai informasi, masyarakat berkesempatan untuk turut andil menggerakkan laju demokrasi dengan berbagai pendapat, kritik, solusi, atau apa pun yang kini dapat dengan semakin mudah mereka sampaikan, baik itu melalui program TV, radio, internet, dan beragam media massa lain.


Kita pun tentu sepakat bahwa salah satu fungsi media bagi masyarakat adalah sebagai sarana informasi, tentunya disamping fungsi-fungsi lain yang tak kalah pentingnya (edukasi ; hiburan) . Namun posisi media saat ini agaknya sedikit mulai mengalami pergeseran (movement) menjadi media iklan (advertising). Kehausan manusia akan informasi telah ditunggangi oleh kepentingan yang sangat profit sebagai jebakan maut yang akan mengantarkan kita pada bentuk kecanduan lain yaitu konsumtifisme (penggunaan barang secara berlebihan) .

Kalau kita coba mengamati proporsi iklan dalam media massa kita sehari-hari (surat kabar ataupun televisi), akan ditemukan bahwa iklan-iklan komersil seakan-akan menjadi menu utama.
Setiap halaman koran bahkan hampir seperdua bagian dari tiap halaman berisi iklan-iklan berbagai produk yang semakin menyusutkan kuantitas news report dalam koran itu. Ruang-ruang berita menjadi kian sempit dan terbatas sementara ruang-ruang iklan justru menjadi begitu luas. Pun begitu dalam media televisi, iklan komersil takkan absent sama sekali dalam break setiap program apa pun.

Hakikat iklan sebenarnya juga adalah sebuah informasi, tetapi informasi komersil hanya akan membuat semakin tumbuhnya beragam keinginan material di masyarakat yang sesungguhnya belum terlalu dibutuhkan oleh mereka. Misalnya seorang kuli bangunan yang begitu menginginkan memiliki sebuah laptop Apple, padahal secara rasional ia sama sekali belum membutuhkan itu, ditambah lagi dengan pendapatan sehari-hari yang pas-pasan.

Apa jadinya dunia ini ketika akibat gempuran iklan yang begitu bombastis, masyarakat kecil (status ekonomi dan tingkat pendidikan rendah) menjadi gandrung akan sebuah barang yang mahal-mahal, lux-lux, atau yang instan-instan?, boleh jadi perampokan, pencurian, penipuan, dan beragam kejahatan modus ekonomi lainnya semakin merajalela.


Penting untuk kita pertimbangkan (khususnya pelaku media) bahwa presentase tertinggi penikmat media massa kita (TV dan radio) saat ini adalah mereka yang berada pada golongan menengah ke bawah, juga bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi konsumsi televisinya (survey AGB Nielsen Media Research, tahun 2007 di 10 kota besar di Indonesia). Ini berarti orang-orang kaya justru sedikit menonton iklan sedangkan orang-orang miskin mencerna lebih banyak iklan yang tentunya secara linear akan memberikan dorongan/hasrat/stimulus untuk berkeinginan.

Filsuf terkemuka Yunani,Aristotle,mengatakan "kebutuhan manusia terbatas, tetapi keinginannya tidak terbatas", dan keinginan-keinginan yang tek terbatas itu tentunya adalah sebuah konsekuensi logis dari gempuran iklan yang mampu menghipnotis pemirsanya. Olehnya itu, penulis mengharapkan sikap bijak media yang tetap harus berpijak pada porosnya yakni sebagai penyampai informasi (murni) kapada khalayak, bukan justru menjadi penghamba kepentingan kapitalis yang tentunya akan selalu mengharap laba dari setiap produknya tanpa mempertimbangkan keroposnya tatanan masyarakat kita. Juga kepada pemerintah sebagai kontroller media (melalui lembaga-lembaga bentukannya) senantiasa mengkatalisasi proporsi iklan (cetak maupun televisi) yang kian hari kian berjubel. Masyarakat yang baik menurut John Steward adalah masyarakat yang equilibrium/seimbang, pemerintah dan non pemerintah menjalankan tugas, fungsi, dan perannya secara proporsional sehingga tercipta iklim kehidupan yang proporsional pula.

Just A siMpLe wRitinG : wE caN iF wE thiNk wE caN'

by_nashruddin qawiyurrijal'
Life is so interesting, right?
Life is struggle, and of course all of you know that life is a long trip. Remember that we born in this world and then we will die, and everything beetween born and die can be negotiated by us with this life. There are many events happened in our life , happiness, sadness, laugh, cry, love, win, lose, etc.

When we walk on our life, we always make a story about ourself, about the world and about evetything around us. Each people has a different tale. Those tales are source from our experiences and what are the other people said to us.

The first purpose beetwen the all items in our life is succesfull. Every people want to be success. No one want to be lose, and no one want to be fail. Success is a happiness. It means that, there are many owesome and positive things during we live. It means that we get honourary from the others and be popular beetwen our friends. We get a self wealth, a lux house, a nice holiday, even a fund guarantee for our wife and children.
How matrealistic, isn't it?

Yes, it is possible to get them all

But success, especially is a freedom. Free by the problems, worry, fear, frustration, and free of failure, because the other word of success is win. Every people want to be the winner and every people wan to get the best things of their life. I think no one like poverty or misery. Everyone want to be happy, of course.

Maybe, we have ever heard people said that "
it is imposible if you think you can move the mount". Yeah, it is imposible indeed. It is imposible if we only said "Hey mount...move...move please!!!". It is imposible. We never be able to move the mount just with the dream. We never get a happiness in this life just with the dream. We never get what are we hope with just sleeping in our imajination and dreaming to get it.

It is right that dream has a big power to make us success, but dream without the real action only be a dream forever, never be a reality.
We can move the mount with a strong belief, with a good will, and with a real action. If there is a will, there is a way. Believe of ourself that we can do it and get success as soon as possible. There is a wise word said like this "You can if you think you can". Nothing is easy but nothing is imposible if we want to make it possible, if we want to make it be a reality.

Life and reality are a merger of what are we doing and what are happen in ourself. There are people can understand it, there are not. There are people sure to make a real action and there are not. I think, who are make a real action, they will be succes, who are not, will be lose.

(written in Pare when i was there to studying English)


Minggu, 08 Maret 2009

CoMMuniCatioN axioMaS

by_nashruddin qawiyurrijal'

Dalam ilmu komunikasi terdapat yang disebut dengan aksioma. Secara simpel aksioma dapat diartikan sebagai sebuah dalil yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Oleh karena ia sebuah dalil, maka aksioma itu menjadi ketentuan wajib bagi kita semua dalam setiap praktek komunikasi, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun.

AKSIOMA KOMUNIKASI :
  • You can not not communicate
  • Always, there are message and relation beetwen communican and communicator in all communication process.
  • Communication progress in simetric and asimetric.
  • Communication process is irreversible (can not back) .
  • Communication process is an adjustment (proses penyesuaian).
  • Communication is a symbol (punctuation)
(studying matter by my lecturer, Prof. Hamidi,M.Si)

bE a ReaL maN'

by_nashruddin qawiyurrijal'

"i must be a creative man in a dynamic communication world"

Ya, dunia komunikasi semakin dan semakin dinamis. Teknologi komunikasi dan informasi beserta tetek bengeknya berubah, maju, dan berkembang kian hari. Handphone, internet, camera, video recorder, dan berbagai kemutakhiran teknologi telah mewarnai jagat raya kita kini. John Killinger, profesor homiletik pada Vanderbit Divinity School di Nashville, Tenesse berpendapat: “Dunia telah berubah menjadi desa dunia. Kita hidup dengan televisi, video tape, alat perekam, komputer, kamera, proyektor, mesin cetak, mesin fotocopy – segala perpanjangan mekanis dari diri manusia. Lebih dari yang lain …. alat-alat ini telah mengubah zaman dimana kita hidup.”

Dunia global dewasa ini adalah dunia yang dimiliki oleh manusia-manusia penguasa ilmu pengetahuan & teknologi (baca:teknologi komunikasi& informasi). Manusia-manusia yang memiliki expertise itulah yang kemudian akan menentukan kemana laju peradaban dunia ini selanjutnya berlabuh, sebab peradaban manusia sejak zaman batu, purbakala, sampai kepada zaman millenium dipicu dan diwarnai oleh perubahan/revolusi komunikasi. Dahulu, tentunya mahluk-mahluk (baca:manusia) purbakala sama sekali belum mengenal televisi, radio, phone, atau bahkan surat sekalipun-karena memang pada zaman itu tulisan belum ditemukan dan baru terlahir sekitar tahun 300 SM- yang padahal saat ini manusia-manusia modern justru menganggap itu sebagai sesuatu yang sudah usang.


Menilik perkembangan teknologi komunikasi informasi mutakhir di era kekinian, maka menjadi sebuah keharusan bagi kita-manusia- untuk ikut mendinamiskan diri di dalamnya. Proses pendinamisan diri kemudian menjadi semacam fardhu 'ain bagi kita ketika kita memang tidak ingin menjadi manusia yang "terseret". Wujud konkret dari pendinamisan diri itu misalnya berupa penguasaan atas teknologi yang dimaksud, pengkajian, penemuan, dan penciptaan teknologi-teknologi baru, dan atau mengembangkan wawasan keilmuan serta memperkaya khazanah intelektual sehingga tercipta titik ekuilibrium antara internal manusia dengan eksternal lingkungan dinamisnya.

Maka, tak salah bahkan justru menjadi sangat tepat kalimat yang tertera cerah mengawali tulisan ini bahwa "i must be a creative man in a dynamic communication world". Saya dan kita semua tentunya harus menjadi manusia-manusia tangguh yang kreatif dan cerdas di tengah dunia komunikasi yang semakin dinamis.

Let decide it..
The decision depend on u..
Be a REAL man, or still in your place now..