Minggu, 19 April 2009

Terkoyak..

Sebuah koran dengan huruf besar dan tebal beruliskan "KOMPAS", bertanggalkan 17 April 2009, tersimpan lusuh di dalam ransel Eiger ku yang (ironisnya) selalu kubawa kesana-kemari, kemana aku melangkah. Sudah pasti kubawa, kalau tak kubawa, mau aku simpan dimana laptop hitam mungil ku yang harus selalu standby untuk connecting.

Hari ini Minggu sedangkan koran itu koran hari Jum'at, ia harusnya sudah di lemari kamarku bersama tumpukan koran-koran lainnya yang selalu kulahap setiap hari. Namun ternyata tidak, koran ini masih di ranselku, Lusuh. Artinya ia belum terbaca..

Ooow,,shiiiit..

Ya, aku ingat, aku sama sekali belum membaca surat kabar itu. Aku ingat, 2 hari lalu sebelum berangkat ke kampus, aku (seperti biasanya) menyempatkan diri, menyeberang jalan depan kosku yang super padat dan membeli sebundel koran Kompas seharga Rp.2000,- d alfamart (lebih sering koran Tempo d kios tepat di depan indekos ku). Aku memang tak langsung membacanya, karena sangat buru-buru waktu itu. Temanku yang membacanya, dan teman ku yang lain yang membawanya siang itu. Jadilah aku tak tahu informasi apa pun hari itu.

Malamnnya, ketika koran itu aku ambil dari teman ku (tentunya dengan niat, aku ingin membacanya), aku masukkan ke ransel hitam ku. Tak sempat kubaca lagi. Aku sedang asyik bermaya-maya ria di hotspotan kampus hingga pukul satu tepat. Pulang, tidur, besoknya kembali sibuk.

Sampai detik ini, ia bahkan belum terbaca. Ia sekarang ada di sampingku, sebenarnya tinggal siap untuk dibuka lembar demi lembar. Tapi justru aku ternyata lebih asyik ber-facebook ria disini, di hotspotan ini.

Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah,,
Kenapa aku membiarkannya terlewatkan,
bisa jadi kesibukanku yang mungkin terkesan 'sok sibuk',
atau lebih mungkin ia kalah pesona dari kenikmatan dunia maya yang selalu menggoda..
Faktanya seperti itu, aku lebih memilih membuat mataku 'bertambah minus' karena LCD yang tajam dari pada sedikit membuka lembar-lembar koran kadaluarsa itu.

Faktanya, hari ini aku juga tak baca koran,kemarin pun begitu.
Aaah, rasanya pekan ini minat bacaku surut.

Faktanya aku lebih sering menyalakan laptop untuk connect ke virtual world dari pada sedikit saja membaca koran Kompas atau Tempo (kesukaanku), atau sekedar masuk ke perpustakaan, mengeja bacaan-bacaan komunikasi yang sebenarnya sangat kubutuhkan.

Faktanya,
Aku telah membuat dunia maya mengalahkan pesona rutinitas membacaku, yang dulu selalu terasa begitu asyik.

Aku harus introspeksi lagi..

Kontemplasi..

Terkadang seseorang muak dengan kehidupannya,
muak dengan hari-harinya,
muak dengan hubungan-hubungannya..entah dengan manusia, atau bahkan dengan Tuhan nya,
muak dengan habitual itu-itu saja yang mendominasi hampir semua waktunya setiap hari,
muak dengan kenikmatan-kenikmatan,kemudahan-kemudahan,keinstanan-keinstanan, yang diberikan Tuhannya kepadanya..

Sebuah rasa yang pikirku sangat alamiah..
Refleksi takdir kehidupan yang otoriter diputuskan oleh Tuhannya..
Representasi kemanusiaanya yang menjemukan..
Pemberontakan atas keimanan..

Yaa..bisa jadi,
Pemberontakan atas keimanan,
Keimanan yang selama ini diusung tapi tak dipahami,
Keimanan yang terbelenggu oleh sebuah bangunan agamis,yang mungkin terasa menyiksa..
Menyesakkan..

Seseorang dan dan kadang kala Aku..menemukan muak itu dalam perenungan ku..kontemplasi refleksku..
dalam pertanyaan-pertanyaan ku pada anak-anak lulusan pesantren yang tampaknya (menurut mataku) terbelenggu..
Mungkin terbelenggu oleh janji-janji yang ia lontarkan, konon ketika di 'baiat' dulu..
Atau kalau dalam agama teman ku, ketika di 'baptis' dulu..
padahal sesungguhnya mereka 'enggan'..

Hahaha..
itulah konsekuensi teman,
konsekuensi atas kemunafikan mu dulu..
bahkan mungkin hingga sekarang..

Kehidupan kita ada dalam kultur masyarakat materialis-pragmatis,
yang menilai segala dengan ukuran materi ; uang, gelar..
Meski ternyata ia uang-uang korup,.
pun juga mungkin saja gelar-gelar gadungan yang memalukan..

Maka kalau sebuah film "into the wild", menceritakan kemuakan-kemuakan Alexander Supertramp pada dunia nya yang menyiksa ; karena ibu-ayah nya yang tak rukun ; yang katanya "always thing..thing..thing" ; ukuran selalu pada benda,,benda,,dan benda ;materialis sekali..

Maka kemuakan-kemuakan ku juga ada pada desir kehidupan itu..
Sedikit mirip "into the wild" ;
Pada kehidupan ku..kehidupan yang selalu menjemukan..memuakkan..kehidupan di atas pondasi keragu-raguan ; skeptisme..

Kalau Alexander Supertramp melakukan pemberontakan atas 'muak' dengan membuang dirinya ke alam buas ; mengembara seorang diri ; tanpa uang, handphone, rokok..

Maka aku belum tahu pemberontakan ku dengan apa..??
mungkin dengan ini...

Yang pasti pemberontakan itu akan aku nyalakan setiap saat..
Karena memang aku adalah seorang 'pemberontak'..yang mungkin sudah tak lagi waras..menurut arti 'kewarasan' yang dipahami oleh orang-orang waras..

Berontak..

Kamis, 09 April 2009

iNdoNeSiA MEMILIH


Hari pencontrengan akhirnya tiba. Hari ini, Kamis, 9 April 2009, serentak di seluruh penjuru tanah air, hajatan besar rakyat Indonesia dilaksanakan. Sebanyak 171.265.442 orang (data KPU Pusat) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menyalurkan hak pilih mereka. Hak pilih untuk memilih partai dan memilih calon anggota legislatif (DPR RI, DPRD TK.1, DPRD TK.2) yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia 5 tahun ke depan.

Riuh kampanye telah berakhir, dan sebentar lagi bakal berganti dengan riuh penghitungan suara. Bahkan akan bertambah riuh lagi oleh penghitungan-penghitungan cepat (Quick Count) yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey dalam negeri. Keriuhan yang terjadi, bakal lebih dari sekedar keriuhan akan kegirangan karena partai yang dipilih ternyata menang, lebih dari itu, keriuhan akan desas-desus kecurangan dan bibit-bibit konflik akan segera mewarnai jagat Indonesia beberapa hari mendatang. Berkaca dari pengalaman, keriuhan-keriuhan seperti itu takkan mungkin terhindarkan. Selalu ada yang memprotes dan diprotes. Selalu ada yang puas dan tidak puas. Selalu ada yang mencurangi dan merasa dicurangi. Sesuatu yang klasik!!

Bagi kita, civil society, yang sadar akan hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara, inilah tahun yang penuh warna. Mulai dari warna-warni baliho caleg yang menghiasi jalan-jalan di sebelah dan di depan rumah kita, warna-warni gambar partai dan foto caleg di kertas suara pemilihan yang memusingkan, sampai pada warna-warni pertengkaran dan pertentangan yang akan selalu ditumbuhkan dari pesta-pesta semacam pemilu ini.

Akhirnya, sebagai seorang warga negara yang melek politik, sebagai seorang putera bangsa yang rindu akan Indonesia yang lebih baik, satu himbauan buat kawan sekalian; " Memilih lah dengan hati nurani. Bukan karena siapa-siapa atau karena apa-apa. Bukan karena demi kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi lebih demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Mari wujudkan pemilu yang jujur, bersih, aman, dan adil. Hargai lah perbedaan, karena perbedaan itu hal biasa, hanya dengan perbedaan lah kita dapat hidup."

SELAMAT MEMILIH UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK..

tERimA kAsiH FaceBook

Facebook..
Situs jejaring teranyar dan terheboh. Kini menyihir dunia. Menghipnotis tanpa mengenal gender; lelaki atau wanita. Tanpa memandang usia; tua, muda, kakek, nenek, bahkan mungkin yang sudah uzur.

"Demam facebook sedang melanda dunia. Orang-orang seperti keranjingan berbagi informasi, rasa, tawa, canda, hasrat, ekspresi, dan impian lewat jaring sosial di dunia maya ini. Bahwa di dunia nyata sehari-hari mereka tidak saling menyapa, itu persoalan lain. Beginilah cara paling modern generasi sekarang memelihara relasi sosial dan kekerabatannya." (Kompas, Minggu, 15 Maret 2009 'Dunia Tersihir Facebook')

Facebook adalah situs web jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard University. Sebenarnya facebook sudah merambah Indonesia sejak 2007, tetapi baru akhir 2008 kemarin, situs jejaring ini booming dengan persentase peningkatan penggunanya mencapai 93 persen.

Luar biasa...
Daya pikat fecebook yang luar biasa mampu menyisihkan dominasi situs jejaring lainnya, sebutlah Friendster, dan lain-lain.

Seorang teman beberapa waktu lalu bertanya kepadaku, "Sudah berapa banyak teman yang kamu miliki di Facebook mu??". Aku menjawabnya diplomatis " Facebook itu bagi aku adalah wahana untuk membangun relasi sosial, berguru kepada orang besar, dan bertemu kawan lama. Kawan yang mungkin berpisah sejak kita lulus TK,SD,SMP,SMA, dan seterusnya. Bukan untuk mengumpulkan banyak nama hingga mencapai 1000,2000-an, bahkan lebih. Apa gunanya kita menjadikan teman sebelah kamar kos-kosan kita sebagai teman di Facebook?? Toh setiap hari, tiap berebutan ke kamar mandi, tiap nonton bareng Liga Champions, dan tiap berebutan ember Ibu Kos yang cuma satu, kita hampir selalu bersama mereka. Atau apa gunanya teman sekelas di ruang kuliah yang hampir di setiap perkuliahan kita duduk bersebelahan, melahap jajanan bareng di belakang kampus, pulang bersama, dan main futsal bareng di sore hari, menjadi teman kita di Facebook?? Facebook aku gunakan hanya untuk kawan-kawan lamaku, berkenalan dengan orang-orang besar (penting), menjalin relasi dengan sastrawan, pendidik, businessman, dan lainnya."

Di Indonesia, bukan hanya anak muda yang keranjingan nge-Facebook. Karyawan hingga politikus pun turut terhanyut. Sepertinya hal itu terjadi karena Obama. Kemenangan Obama sebagai presiden Amerika yang banyak memanfaatkan fasilitas jejaring dunia maya nampaknya menginspirasi politikus-politikus dalam negeri untuk juga membangun citra melalui Facebook. Sesuatu yang wajar. Obama sentris.

Aku pun secara pribadi harus berterima kasih kapada facebook. Melalui fecebook, aku kini dapat membangun komunikasi kembali dengan kawan-kawanku yang telah lama terpisah. Kawan-kawan sekolah yang tercerai-berai, kawan-kawan eks kampus lamaku yang masih selalu aku rindukan, juga orang-orang penting yang inspiratif semacam Jalaluddin Rakhmat, Magdalena Wenas, dan beberapa yang lain.

Lebih dari itu, terima kasih ku sedalam-dalamnya untuk facebook, karena melalui-nya lah kini aku kembali menemukan sesuatu. Sesuatu yang telah lama hilang dari hidupku. Sesuatu yang seharusnya ada di sisiku sekarang namun ternyata tidak. Sesuatu yang memberi banyak kenangan yang sungguh menginspirasi. Terima kasih karena facebook telah memberikan nafas baru bagiku. Nafas baru untuk menjalani kehidupanku yang dulu nyaris kering-kerontang tanpanya, "tanpa sesuatu itu".

Terima kasih Facebook!!

Senin, 06 April 2009

dARi DPT hiNGGA GoLPut


Gendrang pemilu ntar lagi ditabuh nih. Kamis, 9 ApriL 2009 manusia-manusia Indonesia bakal punya hajatan besar, yang sejak zaman Bung Karno tepatnya pada pemilu pertama tahun 1955 akrab dengan julukan 'pesta demokrasi'. Pesta demokrasi berarti rakyat Indonesia berpesta dalam membentuk pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (demos & kratos kan??).

Seperti pesta-pesta yang lain, entah itu pesta perkawinan, pesta kematian (kalau ada seh!!), pesta khitanan, pesta wisuda, pokoknya semua pesta deh, pasti akan selalu dipenuhi keramaian. Keramaian akan kerumunan massa di TPS, keramaian akan arak-arakan kampanye yang menjadi semacam undangan bagi rakyat untuk mengikuti pesta, pun keramaian akan konflik-konflik yang bakal timbul nantinya setelah pesta itu usai.

Menjelang pesta yang tinggal beberapa hari ini, gonjang-ganjing masalah peserta pesta (Daftar Pemilih Tetap) masih saja mengemuka. Disinyalir ada manipulasi lah, ada data yang tidak complete lah, ada pemilih yang namanya dobel sampe ratusan kali lah, pokoknya ada-ada aja deh.

Tuh semua gara-gara Pilgub Jawa Timur sih. Dipicu oleh pengunduran diri Pak Kapolwil Jatim karena mengetahui banyak kecurangan DPT yang dilakukan oleh salah satu calon saat Pemilu tahap ke 3 di Pulau Mataram (MADURA Kota Garam,,hehe ), akhirnya DPT nasional juga kena imbas deh.Tapi bagus lah, biar semua masalah yang bakal mengacau balaukan pemilu nanti bisa diselesaikan secapatnya, supaya apa??supaya rakyat gak lagi terombang-ambing. Terombang ambing atas apa??terombang ambing atas janji-janji manis para caleg yang gak tahu besok-besok kalau mereka udah duduk di kursi empuk dewan itu, bakal membuktikan gak janji dari mulut manis mereka.

Sukses aja deh buat pemilu kita besok. Sowry yah Pak Ketua KPU, aku gak bisa ikut pesta itu. Aku gak nyoblos sih soalnya (eH,,sekarang diganti contreng yah??). Aku gak bisa ikut nyontreng alias golput..Golongan Putih gitu low.Aliran sesat ala pemilu. Itu seh kata MUI,"golput haram" katanya.

Aku sih sepakat-sepakat aja ma golput, wong gak ada larangannya dalam Al-Qur'an koQ. Agama dipolitisasi!! Tapi golput ku bukan karena gak mau milih lho, lebih karena aku nih anak rantau. Lagi mengembara di kampung orang. Jadi gak bisa nyontreng deh, semua peserta pemilu kan cuma bisa nyontreng d daerah yang sesuai ma alamat KTP mereka.

Makanya, pemerintah tuh harusnya menyoroti itu. Carikan solusi yang terbaik buat suara anak-anak rantau. Masa dibiarin begitu aja. Bayangin deh, berapa juta mahasiswa yang kuliah bukan di daerah mereka. Syukur-syukur kalau kampung mereka tuh jaraknya cuman 75 kilometer dari tempat kuliahnya, kan bisa pulang tuh.Tapi kalo harus nyeberang lautan atau harus terbang menembus awan dulu, gimana dunk??. Masa kita -mahasiswa rantau- rela pulkam hanya untuk nyontreng doank. Ngabis-ngabisin duit, tenaga, n waktu kan?? Aku mah emoooooh pulang kampung cuman buat nyontreng kertas suara penentu nasib rakyat itu. Malang-Makasar jauh men, butuh duit 500 ribuan sekali jalan, PP berarti 1 jutaan dunk. Waaaah bisa bokek alias terserang kanker (kantong kering)tuh!!

Jadi, kalau nurut aku nih ya, pemerintah harusnya mengatur itu. Buatlah regulasi tentang anak rantau yang juga pengen nyalurin hak suaranya, biar suara ratusan ribu dari kami -mahasiswa pengembara- itu gak terbuang percuma. Kan eman (percuma) toh??.

So, kalau bisa pemilu berikutnya KPU udah nyelenggarain pemungutan suara di kampus deh. Kerja sama ma pihak rektorat. Buatkan TPS di kampus khusus untuk mahasiswa dari luar kota, luar pulau. Kalau udah gitu kan, suara kita juga bisa ikut nentuin nasib bangsa ini kedepannya.

OK coyyyyyy???

Sabtu, 04 April 2009

FuCk tHe CapitALisM..


Tahukah kita apa itu Kapitalisme dan siapa itu kaum kapitalis??
Berikut defenisi kapitalis dan kapitalisme dari Kamus Ilmiah Populer "Edisi Millenium" oleh Burhani MS-Hasby Lawrens :

-> kapitalis adalah kaum bermodal ; pemilik saham ; penyandang modal; negara penganut kapitalisme
-> kapitalisme adalah sistem perekonomian yang berdasarkan hak milik partikelir yang menekankan kebebasan dalam lapangan produksi, kebebasan untuk membelanjakan pendapatan, bermonopoli, dan sebagainya sedang alat-alat produksi dikuasasi oleh kaum kapital.

So..that's it
Kapitalisme sesungguhnya adalah sistem ekonomi yang belakangan karena daya hegemoni berkat ekspansi kapitalis yang mengglobal, menjadikannya sebagai salah satu ideologi yang kini menguasai dunia.

Seluruh sendi kehidupan kita saat ini adalah bagian dari "setting" an kapitalis..mulai dari harga lalapan yang Rp.4500, kenaikan SPP, Badan Hukum Pendidikan, hingga program-program acara yang ditayangkan televisi maupun berbagai kemudahan di virtual world adalah wujud konkret dari hegemoni kapitalisme.

Sebuah tulisan menarik tentang kapitalisme pada harian Kompas, Rabu, 18 Maret 2009 dengan judul Menimbang Ulang Kapitalisme, menyebutkan :
"...dalam the schumacher lecture (6 Oktober 2008, sebuah kuliah publik tahunan di Inggris untuk menghormati ekonom EF.Schumacher (penulis Small is Beautiful, Susan George (penulis The Lugano Report) melukiskan kapitalisme sekarang dengan ungkapan begini : "kapitalisme dewasa ini tidak lagi waras menurut arti kewarasan yang dipahami orang-orang waras"

Maksudnya apa yah???
Apa yang tidak waras pada kapitalisme dewasa ini??
Amartya Sen, melukiskannya sebagai jenis kapitalisme 'yang menyiapkan malapetaka' karena 'tidak adanya regulasi atas berbagai malpraktik keuangan yang niscaya berakibat pada spekulasi ganas dan kebuasan pengejaran laba.

Atau dengan meminjam ungkapan Adam Smith, "kapitalisme dewasa ini ada di tangan para pemboros dan penjudi yang membuat modal jatuh ke tangan orang-orang yang paling berperan menghancurkannya".

Kalau itu belum cukup, Jack Welch, si pencipta gerakan 'aktivisme pemegang saham' menyebut dengan kasar apa yang dikejar kapitalisme dewasa ini sebagai 'kedunguan paling besar".

Jadi apa yang dapat kita simpulkan dari itu semua??
"kapitalisme adalah sistem yang bobrok, merusak, dan menjajah"

Mengapa??
Lihat saja orang-orang yang notabene dulunya menuhankan kapitalisme kini berbalik menghujat..Adam Smith dkk..akhirnya mereka tersadarkan dari mimpi buruk mereka..
Semoga itu benar adanya..

MUSIK SEBAGAI MEDIA PERLAWANAN "catatan singkat seorang demonstran"

Hidup Mahasiswa..
Hidup Mahasiswa..
Hidup Rakyat..


Pekikan kata-kata penuh gelora itu sungguh sangat akrab di telinga ku, tentu juga di telinga kawan-kawan dan tentu pula di telinga masyarakat Indonesia, sejak zaman Malari (Malapetaka 15 Januari 1974), Reformasi (1998), bahkan hingga kini meskipun kedengarannya kian redup oleh semakin surutnya ghirah "perjuangan" mahasiswa Indonesia di tengah dunia globalisasi yang menggila ini.

Sebagai seorang demonstran di lorong-lorong jalanan sempit nan padat kota Malang, aku paham betul bahwa pekikan-pekikan kata perlawanan sungguh lah membakar semangat dalam diri, yang menjadikan kita "para agent of chance" memiliki semangat pantang mundur bak api yang terus berkobar-kobar, bukan semangat cacing yang takut pada sinar mentari. Pun begitu dengan bait-bait lagu "pergerakan" yang aku yakini selalu dapat memberi spirit tersendiri dalam perjuangan di "jalanan", menantang teriknya surya, laras, pentungan, bahkan senapan aparat demi sebuah kata "LAWAN".

Coba kawan cermati bait per bait Lagu berikut.
Hayati dan bawa diri kalian laksana berada di jalanan berdebu, di tengah kerumunan massa progresif yang diselingi pekikan-pekikan perlawanan.."Hidup Mahasiswa..Hidup Rakyat"

di sini negeri kami
tempat padi terhampar
samuderanya kaya raya
negeri kami subur Tuhan..

di negeri permai ini
berjuta rakyat bersimbah luka
anak buruh tak sekolah
pemuda desa tak kerja

mereka dirampas haknya
tergusur dan lapar
BUNDA relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat..

mereka dirampas haknya
tergusur dan lapar
BUNDA relakan darah juang kami
padamu kami berjanji..
padamu kami berjanji..

Sungguh kalimat-kalimat emphaty dan penyadaran dari lagu Darah Juang tersebut begitu mampu membakar rasa takut pada apa pun dengan bahan bakar keringat dan lecutan korek api terik mentari. Membuyarkan segala ketakutan pada ancaman anjing-anjing negara dan menumbuhkan gairah perlawanan terhadap ketertindasan anak negeri.

Setidaknya keyakinan akan sukma sebuah musik (lagu) berpekik perlawanan tak lahir tiba-tiba hanya dengan menatap aksi massa mahasiswa dan rakyat dari layar televisi berukuran 21 inch yang sangat hyper reality itu, tapi datang dari sedikitnya belasan kali menggumulkan diri di aksi massa sektor mahasiswa, buruh,tani,dan kaum miskin kota Malang, yang harus diakui masih sangat 'lunak' dalam hal progresifitas gerakan dibandingkan kota-kota lain di Indonesia dengan kuantitas dan kualitas perlawanan yang lebih bombastis ; Makassar, Yogyakarta, Jakarta.

Atau kawan cermati lirik-lirik berikut,,

Buruh..Tani..Mahasiswa..Rakyat Miskin Kota
bersatu padu rebut demokrasi
gegap gempita dalam satu swara
demi tugas suci yang mulia

hari-hari esok adalah milik kita
terbebasnya masyarakat pekerja
terciptanya tatanan masyarakat
demokrasi sepenuhnya

di bawah topi jerami
ku susuri garis matahari
berjuta kali turun aksi
bagiku sebuah langkah pasti

di bawah kuasa tirani
ku susuri garis revolusi
bersama buruh dan petani
kita tuntaskan revolusi..

Tak dapat ditampik, musik (meski hanya diiringi riuh tepuk tangan) berisi bait-bait perjuangan adalah media perlawanan yang akan selalu berjalan beriringan dengan pekikan-pekikan revolusi dari mulut dan qalbu para pemuda negeri yang gandrung akan perubahan. Musik sebagai media perlawanan adalah sesuatu yang pasti dan semestinya.

Mungkin kawan takkan merasakan apa yang aku rasakan sehingga menganggap lirik-lirik lagu di atas hanya lah sebuah kumpulan kata-kata idealis "kiri" yang tahunya cuma selalu protes dan menuntut,,tapi tatkala kawan terjun langsung di belantara perlawanan rakyat, kawan akan tahu sendiri betapa dahsyatnya efektivitas musik progresif dalam membentuk mental api seorang pejuang.

Jika, masih ada dan mungkin masih sangat banyak mahasiswa yang belum merasakan teriknya mentari di jalan aspal berdebu dengan ancaman laras, pentungan, dan senapan aparat, maka aku menganggap "kemahasiswaan" itu belum lah lengkap.

Tilik lah sejarah..
Wiji Thukul 'sang pejuang reformasi', mahasiswa dengan progresifitas tinggi yang harus diculik oleh budak-budak rezim karena mereka takut akan gelora semangat seorang Wiji,,

Atau Pramoedya Anantatoer 'sang sastrawan sejati' yang sungguh berharap generasi muda sekarang akan menghancurkan orde baru, hingga ke akar-akarnya, ke begundal-begundalnya yang paling rendah sekalipun.

Pun juga, 4 mahasiswa Trisakti 'pahlawan reformasi' yang meregang nyawa dalam gelora perlawanan..hanya demi membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan pemerintah negeri sendiri "Soeharto"..

Serta beragam tauladan-tauladan jalanan lain yang sungguh mulya, meskipun mungkin sebagian orang menganggap mereka mati sia-sia tetapi 'yang berkata begitu' mereka itulah yang kami sebut "anjing-anjing negara".."budak-budak kapitalisme".."penjilat-penjilat darah rakyat".

Silahkan kawan rasakan sendiri..sejauh mana daya dobrak sebuah musik sebagai media perlawanan rakyat..
Tanyakan pada singa-singa jalanan yang kawan kenal..

Hanya ada satu kata kawan "LAWAN"

Kamis, 02 April 2009

KeeP SMILE bOy..



Senyum..
Hmm, sesuatu yang dianggap biasa. Penghias bibir saat berpapasan kawan di jalan. Saat bersua teman lama di Mal Olympic Garden, alun-alun kota,Pasar Besar atau malah di halte bis Malang-Surabaya. Saat menyapa sahabat di kampus tua bercat dinding yang penuh lumut.Saat berbicara dengan teman sebelah kursi diruang kuliah ketika dosen dengan kaca mata minus 6 inch lagi sibuk mengutak-atik rumus. Saat bercengkrama seenaknya di ruang sidang, hingga saat memberi ceramah tanpa judul di forum-forum tak jelas.

Tanpa senyum?
Wow, mungkin bumi akan seperti cerita Bad Mad,Chechnya,Serbia,atau ujung Taliban. Atau kisah Apartheid yang kering kerontang dari sekedar senyum untuk persahabatan, dari sekedar senyum untuk kebersamaan, dari sekedar senyum untuk ketidakberdayaan, dari sekedar senyum untuk kekalahan.

Hmm, hanya sulit untuk membedakan sekaligus menerjemahkan arti sebuah senyum. Apakah penuh ikhlas atau ridha? Atau karena rasa sayang yang tinggi, rasa suka yang tak terungkap, atau rasa simpatik yang mengada-ada? Atau malah karena gombal bin gambil menebar pesona di antara putri-putri khayangan? Atau alasan formalitas, tuntutan situasional, bagian dari kebutuhan atau keinginan, atau malah karena tendensi ataupun benci?

Yang jelas seyum penuh arti. Sepakat? Sepakat!
Tapi sayang nya, kadang senyum juga disalahartikan. Seperti disalah tafsirkannya senyuman-senyuman kaum dhuafa di lampu merah sudut-sudut kota. Padahal nun, dalam lubuk sukma terdalam, ternyata penuh rindu menanti hasil kerja dan kinerja dari orang yang mengaku dan merasa susah dan sudah menjadi pemimpin dari keberpihakan pembelaan pada komunitas mereka.

Senyum..
Esok mungkin akan terasa sulit ketika harus berhadapan dengan primordialitas tuntutan hidup yang berseberangan langsung dengan amanah, tanggungjawab, dan kepercayaan yang sudah pasti bukan sekedar instrumen-instrumen klasik pelengkap interval waktu sang jaka menuju dinasti.

Senyum,,
Kenapa tidak? Kalau orang lain nggak begitu peduli dengan senyum yang disebarkan, tak berkecil hati. Tetaplah senyum agar hidup tetap hidup. Tetaplah senyum paling tidak untuk diri sendiri. Bahkan kadang-kadang makin asyik dan jauh lebih lebih asyik menertawai diri sendiri. Kalau kurang percaya diri dengan senyum yang dimiliki, periksalah gigi mungkin belum sikat gigi sejak kemarin. Kalau sudah disikat namun masih belum percaya diri, berkumurlah dengan pengharum bau mulut dan pemutih gigi.

Kalau itu dianggap masih kurang, hubungi dokter mata tuk periksa secara seksama, jangan-jangan yang sakit mata, atau hubungi dokter jiwa, jangan-jangan yang sakit isi otak. Kalau masih belum juga cukup, hubungi dokter kulit untuk operasi plastic. Mungkin lebih bagus diganti dengan bibir sapi atau kambing, katanya, mereka memiliki senyum yang sangat menawan.
Emang apa sih susahnya untuk senyum. Senyumlah, agar bumi pun tersenyum padamu.

Senyum..
Walau pahit, mungkin lebih baik daripada sembunyi?!